TARUMANEGARA DAN KERAJAAN-KERAJAAN PENDAHULUNYA DI JAWA BARAT

Posted by e-putra Selasa, 10 Mei 2011 00.35

GEOGRAFI SEJARAH



TARUMANEGARA DAN KERAJAAN-KERAJAAN
PENDAHULUNYA DI JAWA BARAT

Asal Mula Kerajaan Tarumanegara
               Kata Tarumanegara berasal dari kata Tarum yaitu sejenis tumbuhan yang daunya di sebut Nila (sejenis zat pewarna Biru). Tarumanegara adalah nama sebuah kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat. dengan rajanya yang terkenal bernama Purnawarman yang bertahta pada abad ke V M. raja yang sangat terkenal adalah Purnawarman. Dia penganut Hindu Wisnu ia di kenal sebagai raja yang gagah berani, tegas, jujur, adil, dan arif di dalam memerintahnya

Ia memerintah cukup lama kapan ia naik tahta dan kapan ia wafat tidak di ketahui. Namun di duga ia memerintah Taruama pada pertengahan abad ke V
       sekitar tahun 400 M. Demikian yang diajarkan di buku-buku sejarah yangpernah kita pelajari. Tetapi Slametmuljana (1980) dalam bukunya  Dari Holotan ke Jayakarta dan Ayatrohaedi (1983) dalam artikelnya  Pustaka
Raiya-Raiya i Bhumi Nusantara,  menyebutkan bahwa sebelum Tarumanegara, ada beberapa kerajaan Hindu yang mendahului Tarumanegara : Aruteun (Holotan), Salakanagara, Jayasinghapura, Argabinta, dan Hujung Kulon. Semua kerajaan ini ada di Jawa Barat mulai abad ke-1 sampai abad ke-5.
Bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara diketahui melalui sumber-sumber yang berasal dari dalam maupun luar negeri. Sumber dari dalam negeri berupa 7 buah prasasti batu yang ditemukan empat di Bogor, satu di Jakarta dan satu di Lebak Banten. Dari prasasti-prasasti ini diketahui bahwa Kerajaan Tarumanegara dibangun oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman tahun 358 M dan beliau memerintah sampai yahun 382 M. Makam Rajadirajaguru Jayasingawarman ada di sekitar sungai Gomatri (wilayah Bekasi). Kerajaan Tarumanegara ialah kelanjutan dari Kerajaan Salakanagara.


Lokasih Tarumanegara Antara India dan Cina
            Sebenarnya di pulau Jawa Barat sudah ada kerajaan sebelumnya. Buktinya seorang musafir cina bernama Fahian pada bulan Desember tahun 414 dalam pelayarannya pulang dari India (Tanah Suci bagi para pennganut Budha) pernah singgah di Shepo (Jawa) karena kapalnya rusak kemudinya oleh amukan taufan selama 13 hari.
            Mulai bulan Desember atau Januari, angin musim yang membawa hujan di Asia sedang kuat-kuatnya bertiup dan arus perairan di Nusantara(Laut Jawa) berbalik kea rah timur. Dengan demikian kapal dari utara setelah berhasil membelok mengelilingi pulau Bangka teriring kearah Jawa Barat. Pada abad ke-5 itu rute pelayaran dari India ke Cina tentu melewati selat Malaka. Dan kemungkinan besar jawa dan Sumatra menjadi satu perbatasan antara Suwarnadwipa (Sumatra) dan Jawadwipa (Jawa) pada masa itu masih berupa suatu teluk yang menjorok jauh kepedalaman di daerah Jambi.
            Lama pelayaran Fa Hian dari India sampai Jawa waktu itu tiga bulan, ia tinggal di Jawa Barat selama lima bulan. Ini berarti bahwa ia menantikan berbalik arus laut barat yang didorong oleh angin-angin musim dari Australia.

Geomorfologi Wilayah
            Tarumanegara merupakan pelerengan gunung-gunung Salak, Gede, dan Pangrango, mulai dari ketinggian 200 mdpl. Adapun dataran rendah ditepi utaranya menghadap kearah teluk Jakarta sekarang. Dimana sumbu tengahnya terdiri atas palung sungai Ciliwung yang hulunya ada disekitar Bogor sekarang.
            Sungai-sungai lainnya yang penting adalah sungai CiliwunCisadane dan sungai Bekasi. Empat dari enam prasasti yang berasal dari zaman Tarumanegara (Ciaruteun, Muara Cianten, Kebonkopi, Lamba atau Pasar Koleangkok) ditemukan disekitar Bogor. Dua sisanya terletak di dekat Tanjungpriok yaitu prasasti Tugu, sedangkan didekat palung sungai Ciliman di Banten Selatan ditemukan prasasti Cidanghiang.
            Dataran rendah Jakarta menurut sejarah Geomorfologisnya terbentuk oleh hasil endapan erosi lereng-lereng tiga gunung yang disebutkan diatas. Pada musim penghujan menurut penelitian Verstappen 80% - 90% lumpur di endapkan. Sebaliknya selama musim kemarau ada arus laut barat (dari arah Timur) dan sungai-sungai tak membawa lumpur ke laut. Sehubungan itu muara-muara sungai cenderung membelok kearah barat.


Kondisi Pedologis
            Dataran rendah yang terletak di sebelah barat Cisadene dan sebelah timur Citarum merupakan dataran rendah yang tanahnya miskin meskipun ditumbuhi vegetasi yang lebat pada masa lampau.
            Ada tiga hal yang mempengaruhi sejarah perkembangan tanah suatu wilayah yaitu : sinar matahari, cura hujan, dan pengairan.
            Semakin banyak penyinaran matahari diatas tanah-tanah perairan basah, maka penguapan ditingkatkan, sehingga dengan demikian zat hara bagi tanaman (kalium, calcium, magnesia, asam, phosphor, dan amuniak) konsentrasinya tinggi. Curah hujan yang tinggi mengalirkan air sawah ketempat lain sehingga  mengurangi konsentrasi zat-zat hara tersebut didepan, adapun pengairan tergantung darimana datangnya air irigasi itu jika datangnya dari wilayah yang batuannya menguntungkan bagi kesuburan sawah, itu ikut melestarikan mutu baik dari tanah yang bersangkutan.
            Menurut Monr dataran rendah Jakarta keadaan tanahnya serba tak menguntungkan. Berbeda dengan dataran mulai Cisadane ke barat dan Citarum ke timur, dipedalaman sebelah selatan Jakarta yang terbatas dengan kaki gunung Gede dan Salak tak terdapat pegunungan tersier yang berbatuan kapur. Memang erosi lereng-lereng gunung api itu jelas mengalirkan material, tetepi dikakinya itu sudah tercuci sehingga kurang manfaatnya sebagai penyubur tanah. Air irigasi kebanyakan berasal dari Ciliwung yang tipis pula kandungan zat hara bagi tanaman karena hujan yang turun di lereng atasan termasuk hujan yang lebat.

Peranan Iklim Daerah
            Curah hujan rata-rata setahun untuk Jakarta 1793 mm sedang Bogor 4230 mm. rata-rata jumlah jam hujan setahun di Jakarta 321 jam dan di bogor 710 jam. Tipe iklim disekitar Jakarta Am, sedangkan disekitar Bogor Af. Af dalam klimatologi adalah bahwa disitu terdapat iklim tropika yang basah dimana bulan yang terkering di curah hujannya minimal 60 mm, sedang arti Am adalah iklim tropika dengan musim kemarau yang kering.
            Sehubungan iklim dan permusiman baik kita perhatikan prasasti Tugu, prasasti terpanjang peninggalan raja Punawarman, yang dibuatnya pada tahun pemerintahannya yang ke-22 antara lain disebutkan tentang berhasilnya penggalian sebuah saluran sepanjang 11 km. dan diberi nama Gomati dalam waktu 21 hari. Selain itu prasasti Tugu juga menyebutkan penggalian sungai Chandrabhaga, agar airnya dapat lancer mengalir kelaut. Gomati dan Chandrabhaga merupakan anak-anak sungai yang penting ke india yang satu dari Gangga dan yang lainnya dari Shindu untuk mengatasi bencana banjir. Prasasti Tugu juga menyebukan bahwa pekerjaan raksasa (rodi) berlangsung selama 21 hari.

 Holotan Pendahulu Tarumanegara
               Kerajaan-kerajaan pendahulu Tarumanegara ada saat Sumatra masih bersatu dengan Sunda melalui jembatan darat yang melintasi gunung Krakatau. Sebuah peta kuno yang sumbernya tak jelas tetapi tercantum di dalam buku Daldjoeni (1992) : "Geografi Kesejarahan"menggambarkan ada semacam jembatan darat antara Sunda dan Sumatra.
Dari peta itu, tak ada Selat Sunda, tetapi Teluk Sunda ada, yaitu bagian Laut Jawa yang menjorok ke dalam antara Lampung dan Banten Sekarang -sementara Lampung dan Banten masih daratan.
               Van Bemmelen (1952) dalam De Geologische Geschiedenis van Indonesia menulis di halaman 127 bahwa Selat Sunda sebelum tahun 1175 tak pernah diberitakan dapat dilewati kapal laut karena kondisinya belum memungkinkan. Gunung Krakatau belum merupakan pulau kecil seperti sekarang. Pulau-pulau besar kecil masih banyak berserakan di Selat Sunda. Sumatra dan Jawa masih bergandeng menjadi satu. Perbatasan antara Swarnadwipa (Sumatra) dan Jawadwipa (Jawa) pada masa itu masih berupa suatu teluk yang menjorok jauh ke pedalaman di daerah Jambi. Demikian menurut catatan para pelaut Arab dan Cina (van Bemmelen, 1952, hal.126-127).
               Kondisi geografi ini nanti akan berpengaruh kepada seputar polemik para ahli sejarah tentang pusat Kerajaan Sriwijaya yang bercorak maritim
apakah di Palembang atau di Jambi.
               Kerajaan Salakanagara meliputi Teluk Sunda (nantinya akan menjadi SelatSunda), pulau-pulau di sekitarnya, dan Jawa Barat bagian barat. Rajanya yang pertama bernama Dewawarman I (130-168 M) yang berasal dari India. Sejumlah arca Syiwa dan Ganesha pernah ditemukan di Pulau Panaitan, Selat Sunda, itu adalah peninggalan2 Salakanagara. 
               Kerajaan Jayasinghapura (mulai tahun 340 M) adalah penerus Salakanagara dan diperkirakan beribu kota di kota Jasinga sekarang di sebelah barat Bogor. Rajanya yang terkenal adalah Dewawarman VIII (358-382). 
               Tak diketahui banyak soal Kerajaan Hujungkulon dan Argabinta, tetapi
melihat namanya, kedua kerajaan ini mungkin lokasinya ada di sekitar Ujung Kulon dan Cianjur Selatan. Semua kerajaan pendahulu Tarumanegara ini tak meninggalkan prasasti,tetapi beberapa artefak-nya ditemukan. Kebudayaan menulis mungkin belum terbiasa saat-saat itu. Pengetahuan tentang keberadaan kerajaan-kerajaan ini berdasarkan cerita babad dan manuskrip para pelancong dari luar, juga dokumen2 Cina yang telah mengenal tulisan jauh lebih awal.
 
               Kerajaan Tarumanegara kemudian menggantikan Jayasinghapura. Rajanya bernama  Purnawarman yang naik tahta pada 395 M dan berwilayah disekitar aliran hilir Citarum sekarang. Dari Tarumanegara inilah mulai ditemukan prasasti-prasasti sisa kekuasaannya. Tapak kaki Purnawarman diprasasti2-nya menunjukkan wilayah kekuasaan Tarumanegara. Pada saat yang bersamaan dengan Tarumanegara, di wilayah Jakartasekarang terdapat sebuah kerajaan bernama Aruteun (Holotan). Tahun 430,433, 434, dan 452 kerajaan ini tercatat mengirimkan utusan ke KekaisaranCina dengan maksud meminta bantuan atas gangguan terhadap Aruteun oleh kerajaan tetangganya (Tarumanegara). Apa daya, justru Holotan taklukkepada Tarumanegara pada 452. 
 
 Runtuhnya Tarumanegara
               Kerajaan Tarumanegara sendiri berakhir pada tahun 686 oleh serangan
Sriwijaya.Sebuah petikan penting terdapat di sebuah buku berbahasa Jawa Kuno (Pustaka Raja Purwa) (dari Keys, 1999 :  Catastrophe : A Quest for the Origins ofthe Modern Worlds). Pa da tahun 416 Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada goncangan Bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir dan kilat. Lalu datanglah badai angindan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timurmenuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatra
               Di tempat lain, seorang bishop Siria, John dari Efesus, menulis sebuah chronicle di antara tahun 535 , 536 AD,  Ada tanda-tanda dari Matahari, tanda-tanda yang belum pernah dilihat atau dilaporkan sebelumnya. Matahari menjadi gelap, dan kegelapannya berlangsung sampai 18 bulan.Setiap harinya hanya terlihat selama empat jam, itu pun samar-samar.Setiap orang mengatakan bahwa Matahari tak akan pernah mendapatkan terangnya lagi (Keys, 1999) . Dokumen di Dinasti Cina mencatat : suara guntur yang sangat keras terdengar ribuan mil jauhnya ke baratdaya Cina (Keys, 1999).   
 
               Bisa dipastikan bahwa tahun-tahun itu telah terjadi sebuah bencana alam
yang mungkin berupa letusan Krakatau (purba) yang meletus hebat,katastrofik, menenggelamkan jembatan darat antara Sumatra dan Jawa yang sebelumnya sudah ada dan melahirkan Selat Sunda. Mau tidak mau, sedikit atau banyak, letusan katastrofik ini telah mempengaruhi peta politik kerajaan-kerajaan Hindu pertama di Jawa Barat.
               Kerajaan maritim terkuat di sekitar tahun-tahun ini adalah Sriwijaya. Maka, setelah ini,  Sriwijaya yang mengandalkan kekuatan baharinya menjadi makin kuat dengan terbentuknya laut di antara Sumatra dan Jawa, dan kerajaan ini mulai menaklukkan kerajaan-kerajaan Hindu pertama di Jawa, yaitu di wilayah Sunda, Jawa Barat. Kelak, Sriwijaya pun mundur akibat sedimentasi sungai-sungai di wilayah timur Sumatra yang telah mengakibatkan perdagangan menjadi lesu sebab tak befungsinya pelabuhan-pelabuhan akibat sedimentasi. Adalah karena sedimentasi Sungai Citarum dan Kali Bekasi serta kondisi rawa-rawa yang tak sehat yang telah menyebabkan kerajaan-kerajaan di Jawa Barat pindah ke pedalaman (Sunda, Galuh, Pajajaran), barangkali untuk menghindari efek sedimentai sungai di wilayah hilir.Pada tahun 670 M, Citarum dijadikan batas dua kerajaan penerus Kerajaan Tarumanagara, yaitu Kerajaan Sunda dan Kerajaan Galuh. Kerajaan Sunda mempunyai wilayah dari sungai Citarum ke sebelah barat, sedangkan Kerajaan Galuh mempunyai wilayah dari Sungai Citarum ke sebelah timur.
               Bagaimana berakhirnya sejarah Tarumanegara seperti yang diuraikan oleh Dr. Ayatrohaedi, bahwa Raja terakhir di Tarumanegara adalah Sri Maharaja Linggawarman Atma Hariwangsa Penunggalan Tirtabhumi yang memerintah pada tahun 666-680. Antara ia dan Punawarman terdapat lima orang raja lainnya. Setelah Linggawarman wafat ia digangtikan oleh menantunya. Hal ini yang agak tak disukai oleh para raja daerah terutama Sunda dan Galu. Mereka ini (raja Tarusbawa dari Sunda dan Wertikandayun dari Galuh) melepaskan diri dari Tarumanegara. Jadi jelas mengapa Tarumanegara sejak tahun 669 tak lagi mengirim utusannya ke negeri Cina.
 

0 Response to "TARUMANEGARA DAN KERAJAAN-KERAJAAN PENDAHULUNYA DI JAWA BARAT"

Posting Komentar