Jason Mraz - Im Yours Lyrics

Posted by e-putra Sabtu, 18 Juni 2011 23.36 6 komentar
Well you done done me and you bet I felt it
I tried to be chill but you're so hot that I melted
I fell right through the cracks
and now I'm trying to get back
Before the cool done run out
I'll be giving it my bestest
Nothing's going to stop me but divine intervention
I reckon it's again my turn to win some or learn some

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm yours

Well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find love love love love
Listen to the music of the moment people dance and sing
We're just one big family
And It's our God-forsaken right to be loved love loved love loved

So I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

Scooch closer dear
and i will nibble your ear

I've been spending way too long checking my tongue in the mirror
And bending over backwards just to try to see it clearer
My breath fogged up the glass
And so I drew a new face and laughed
I guess what i be saying is there ain't no better reason
To rid yourself of vanity and just go with the seasons
It's what we aim to do
Our name is our virtue

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
this is our fate, I'm yours

Well no no, well open up your mind and see like me
Open up your plans and damn you're free
Look into your heart and you'll find the sky is yours
Listen to the music of the moment come and dance with me
A lá one big family (2nd time: A lá happy family; 3rd time: A lá peaceful melody)
It's your God-forsaken right to be loved love love love

I won't hesitate no more, no more
It cannot wait, I'm sure
There's no need to complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't complicate
Our time is short
This is our fate, I'm yours

No please, don't hesitate
no more, no more
It cannot wait
The sky is your's!

GREEN DAY LYRICS Wake Me Up When September Ends

Posted by e-putra 23.32 0 komentar
"Wake Me Up When September Ends"

Summer has come and passed
The innocent can never last
wake me up when September ends

like my father's come to pass
seven years has gone so fast
wake me up when September ends

here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again
becoming who we are

as my memory rests
but never forgets what I lost
wake me up when September ends

summer has come and passed
the innocent can never last
wake me up when September ends

ring out the bells again
like we did when spring began
wake me up when September ends

here comes the rain again
falling from the stars
drenched in my pain again
becoming who we are

as my memory rests
but never forgets what I lost
wake me up when September ends

Summer has come and passed
The innocent can never last
wake me up when September ends

like my father's come to pass
twenty years has gone so fast
wake me up when September ends
wake me up when September ends
wake me up when September ends

Green Day Lirik 21 Guns

Posted by e-putra 23.30 0 komentar
21 guns

Do you know what's worth fighting for,
When it's not worth dying for?
Does it take your breath away
And you feel yourself suffocating?
Does the pain weigh out the pride?
And you look for a place to hide?
Did someone break your heart inside?
You're in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

When you're at the end of the road
And you lost all sense of control
And your thoughts have taken their toll
When your mind breaks the spirit of your soul
Your faith walks on broken glass
And the hangover doesn't pass
Nothing's ever built to last
You're in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky,
You and I

Did you try to live on your own
When you burned down the house and home?
Did you stand too close to the fire?
Like a liar looking for forgiveness from a stone


When it's time to live and let die
And you can't get another try
Something inside this heart has died
You're in ruins.

One, 21 guns
Lay down your arms
Give up the fight
One, 21 guns
Throw up your arms into the sky (x2)

You and I.

Green Day
 

Mahalnya Biaya Pendidikan di Indonesia

Posted by e-putra 23.27 2 komentar
Setelah menunggu pengumuman kelulusan SD, SMP, dan SLTA, kini orang tua dan adik-adik kita dihadapkan pada seleksi masuk sekolah atau perguruan tinggi. Ujian  seleksi emang sangat ketat tetapi tidak semenakutkan UNAS kemarin. Atau paling tidak ada pilihan untuk memilih sekolah yang sesuai. Ternyata yang menjadi hambatan adalah mahalnya biaya pendidikan.
Bukankah sekolah gratis? Kok dibilang mahal sih? Betul, sekolah SD dan SMP gratis SPP.  Tapi bagaimana biaya sekolah SMA dan perguruan tinggi. Sebagai contoh ada SMA Negeri kabupaten di Jawa Tengah yang pada tahun ini uang pangkal Rp 3juta-Rp 5juta ditambah SPP Rp 250.000,-/bulan atau Rp 1,5 juta/semester (6 bulan). Bayangkan petani atau tukang becak bagaimana bisa menyekolahkan anaknya ke SMA tersebut. Mau menjual ternak atau sawah? Itu tidak mungkin karena barang tersebut adalah sumber penghidupan. Akhirnya biarpun nilai bagus tapi akhirnya harus gigit jari.
Demikian halnya sekolah di perguruan tinggi tak kalah mahalnya. Terutama PTN yang telah berubah status menjadi  BHMN atau BHP akhirnya untuk pendanaan dibebankan kepada mahasiswa dengan menaikkan uang pangkal dan biaya semesteran. Sebagai contoh UI, beberapa tahun yang lalu di UI sekitar 2juta-an. Kini uang untuk kuliah di teknik UI uang pangkal Rp 25 jt, dan semesteran Rp 7,6jt. Untuk ukuran uang berduit di Jakarta itu wajar, tetapi untuk orang kampung yang ingin kuliah di UI sudah takut duluan. Ini karena UI sudah menjadi BHMN yang mana UI memerlukan biaya operasional tambahan karena subsidi negara dikurangi. Nah bagaimana PTN-PTN di daerah bila kelak juga berubah menjadi Badan Hukum Pendidikan (BHP)? Bagiamana nasib anak orang miskin, anak petani, anak nelayan, anak buruh. Bukankah mereka juga berhak mngenyam pendidikan tinggi. Apa mereka hanya berhak sekolah sampai SMP saja? Atau mereka hanya berhak kuliah di sekolah-sekolah atau kampus “pinggiran”. Apakah mereka tak pantas untuk sekolah di UI, ITB, UGM? Lantas dimana bagimana amanat pembukaan UUD 1945 tentang mencerdaskan kehidupan bangsa. Atau yang berhak cerdas hanya mereka yang kaya saja. Yang miskin biar tetap bodoh dan miskin.
Ini sebuah ironi. Anggaran pendidikan dinaikkan, tetapi biaya untuk mengakses pendidikan semakin mahal. Saya secara pribadi menyedihkan kejadian ini. Tulisan ini diilhami kejadian nyata yang terjadi di negeri ini. Semoga dapat menjadi pemikiran bagi pemimpin bangsa yang sebentar lagi kita pilih. Mendapatkan kesempatan pendidikan adalah hak semua warga negara.
Bukankah negara ini didirikan untuk mencerdaskan dan menyejahterakan rakyatnya?

NASKAH KUNO

Posted by e-putra Rabu, 15 Juni 2011 18.10 0 komentar
Surat Ulu merupakan kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Yang termasuk kelompok Surat Ulu adalah aksara Kerinci, aksara Rejang-Rencong, dan aksara Lampung. Istilah “kaganga” diciptakan oleh Mervyn A. Jaspan (1926-1975), antropolog di University of Hull di Inggris dalam buku Folk Literature of South Sumatra, Redjang Ka-Ga-Nga texts (Canberra, The Australian National University, 1964) untuk merujuk kepada Surat Ulu.
Jaspan menggunakan istilah Kaganga berdasarkan tiga huruf pertama dalam urutan dalam sistem Surat Ulu. Surat Ulu sendiri merupakan istilah asli yang dipakai oleh masyarakat di Sumatra sebelah selatan. Disebut Surat Ulu karena yang kelompok yang menggunakan aksara ini berada di kawasan ulu (pegunungan) Sumatra, khususnya di Kerinci, Bengkulu, Sumatra Selatan, dan Lampung.
Aksara Surat Ulu diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan Kawi yang digunakan oleh Kerajaan Sriwijaya. Contohnya dapat kita lihat pada Prasasti Kota Kapur di Kota Kapur, Bangka Barat. Aksara ini berkerabat dengan Batak, yang sama-sama diturunkan dari proto aksara Sumatra, yang berhulu ke aksara India. Diperkirakan, dahulu seluruh Pulau Sumatra, dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok Surat Ulu ini.
Aksara Kaganga ini secara garis besar ada tiga jenis: aksara Kerinci, aksara Melayu Pertengahan atau aksara Rencong Rejang, dan aksara Lampung. Wilayah penggunaan aksara Surat Ulu terbentang di seluruh bagian selatan Sumatra. Ragam bahasa yang dipergunakan adalah dialek “Melayu Pertengahan”, Lampung, dan Rejang. Bahasa Kerinci mungkin merupakan dialek Melayu atau Rejang.
Mula-mulanya, para peneliti Belanda memakai istilah aksara Rencong untuk merujuk pada aksara-aksara yang beredar di kawasan selatan Sumatra ini. Menurut sebuah sumber, aksara ini telah digunakan sebelum abad ke-3 M. Orang-orang Melayu Kuno menulisnya di atas kulit-kulit kayu, kulit binatang, daun-daun rontal, kepingan-kepingan logam, bambu, tanduk kerbau, dan kulit kayu, juga batu.
Kebanyakan teks-teks naskah Surat Ulu menceritakan kepahlawanan, hukum, surat resmi untuk mengesahkan hak kepemilikan tanah tradisional, mantra, sihir, guna-guna, obat-obatan, hingga syair mistik Islam. Ada pula syair percintaan, yang dikenal sebagai bandung atau hiwang di Lampung dan juarian di Rencong. Syair percintaan yang berbentuk dialog ini ditulis pada keping atau lembar bambu—disebut gelumpai—diikat jadi satu dengan tali melalui lubang di ujung satu serta diberi nomor berdasarkan urutan abjad. Ada pula yang menorehkannya pada tabung bambu dan kulit kayu berlipat.
Ketika berhadapan dengan teks Al Quran, mereka mendapati aksara Surat Ulu tidak sesuai dengan sistem bunyi aksara Arab, aksara tersebut tak mampu merekam bunyi kosa kata baru dari Al Quran dan Hadis dengan tepat. Jadi, daripada mencipta atau menambah huruf baru pada aksara Rencong, mereka memilih untuk meninggalkan aksara tersebut. Sebaliknya, mereka bereksperimen dengan huruf-huruf Arab dalam mengeja bahasa Melayu. Lahirlah jenis tulisan baru, yaitu Jawi, yang berasaskan huruf-huruf Arab dengan beberapa huruf tambahan dan digunakan dalam dunia persuratan bahasa Melayu. Walau begitu, Surat Ulu tetap digunakan di Minangkabau, Sumatra Selatan, dan Bengkulu hingga abad ke-18, sebelum Belanda berhasil menaklukkan wilayah-wilayah tersebut.
Aksara Rencong-Renjang dan Aksara Kerinci Aksara Rencong-Rejang dan aksara Kerinci tak banyak perbedaan. Secara geografis, wilayah Rejang-Lebong terletal di Provinsi Bengkulu, sedangkan Kerinci terletak di Provinsi Jambi. Dari bentuknya, kedua aksara ini hampir sama, hanya jumlah aksara yang berbeda. Untuk aksara Kerinci, hanya ada satu naskah beraksara ini yang berada di luar Indonesia.
Rencong adalah kata Melayu yang berarti “serong”. Maka dari itu, tampilan grafis aksara ini miring atau serong. Ada yang berpendapat bahwa aksara ini diciptakan oleh orang-orang Melayu dengan meniru bentuk-bentuk cabang, ranting, potongan kayu, dan bentuk aliran sungai. Ada pula yang mengatakan, salah satunya sarjana Belanda bernama Petrus Voorhoeve, bahwa aksara ini merupakan turunan aksara Pallawa yang disederhanakan bentuknya. Penyederhanaan ini terlihat dari bentuknya yang bersudut daripada garis melengkung, untuk menyesuaikan dengan media tulis bambu atau tanduk tempat aksara ditorehkan. Disebutkan pula bahwa ada pengaruh Arab pada aksara-aksara Sumatra Selatan.

Aksara Rencong (dan juga aksara-aksara Sumatra dan Jawa) masih memperlihatkan ciri kesukataannya dari Indianya, di mana setiap huruf mewakili pembuka suku kata konsonan-vokal. Artinya, vokalnya adalah a, vokal lain dibedakan oleh diakritik yang ditempatkan sebelum, sesudah, di bawah, atau di atas huruf konsonannya.

 
Aksara Lampung serta Bahasanya Dari semua aksara Surat Ulu, aksara Lampung lain sendiri. Aksara ini telah dibahas oleh Prof. Karel Frederik Holle, Tabel van Oud en Nieuw Indische Alphabetten (Batavia, 1882), dan walau selintas disinggung juga oleh Prof. Johannes Gijsbertus de Casparis, Indonesian Palaeography: A History of Writing in Indonesia (Leiden, 1975). Prof. K.F.Holle berpendapat, cuma sedikit suku-suku di Nusantara yang memiliki aksara sendiri, dan sebagian besar suku-suku tidak memiliki aksara, dan baru mengenal aksara setelah menerima Islam, yaitu huruf Arab-Melayu.

Aksara Lampung terdiri dari dua puluh huruf: ka–ga–nga–pa–ba–ma–ta–da–na–ca–ja–nya–ya–a –la–ra–sa–wa–ha–gha. Aksara Lampung ditulis dan dibaca dari kiri ke kanan. Aksara ini terdiri dari huruf induk, anak huruf, anak huruf ganda dan gugus konsonan, juga terdapat lambang, angka, dan tanda baca.
Bentuk, nama, dan urutan huruf induk bisa dilihat pada tabel di bawah.


Bentuk tulisan yang masih berlaku di daerah Lampung pada dasarnya berasal dari aksara Pallawa, India Selatan, yang diperkirakan masuk ke Pulau Sumatra semasa kejayaan Kerajaan Sriwijaya. Macam-macam tulisannya fonetik berjenis suku kata yang merupakan huruf hidup seperti dalam aksara Arab, dengan menggunakan penanda fathah di baris atas dan kasrah di baris bawah, tetapi tidak memakai penanda dammah di baris depan melainkan di belakang. Masing-masing tanda memunyai nama tersendiri. Dengan begitu, aksara Lampung dipengaruhi dua unsur, yakni aksara Pallawa dan huruf Arab.

Aksara Lampung memiliki banyak kesamaan dengan aksara Batak, Bugis, dan Sunda Kuno. Tetapi bukan berarti yang satu meniru yang lain, melainkan aksara-aksara tersebut memang bersaudara, sama-sama diturunkan dari aksara India. Persis sama halnya dengan aksara Latin dan aksara Rusia yang sama-sama diturunkan dari aksara Yunani, yang pada mulanya berasal dari aksara Phoenisia. Jadi di dunia ini tidak ada aksara yang murni, sebab pembauran antarbudaya di muka bumi berlangsung sepanjang masa.

Karya-karya ilmiah tentang bahasa dan aksara Lampung semuanya memakai “r” untuk menuliskan huruf atau fonem ke-16 aksara Lampung. Gelar (adok) dan nama tempat harus dituliskan dengan ejaan r, meski dibaca mendekati bunyi kh, misalnya Pangiran Raja Purba, Batin Sempurna Jaya, Radin Surya Marga, Minak Perbasa, Kimas Putera, Marga Pertiwi. Penulisan “radu rua rani mak ratong” merupakan ejaan baku, sedangkan penulisan “khadu khua khani mak khatong” tidaklah baku.

Sementara itu, penelitian ilmiah tentang bahasa dan aksara Lampung dipelopori oleh Prof. Dr. Herman Neubronner van der Tuuk melalui artikel “Een Vergelijkende Woordenlijst van Lampongsche Tongvallen” dalam jurnal ilmiah Tijdschrift Bataviaasch Genootschap (TBG), volume 17, 1869, hal. 569-575, serta artikel “Het Lampongsch en Zijne Tongvallen”, dalam TBG, volume 18, 1872, hal. 118-156, kemudian diikuti oleh penelitian Prof. Dr. Charles Adrian van Ophuijsen melalui artikel “Lampongsche Dwerghertverhalen” dalam jurnal Bijdragen Koninklijk Instituut (BKI), volume 46, 1896, hal. 109-142. Juga Dr. Oscar Louis Helfrich pada 1891 menerbitkan kamus Lampongsch-Hollandsche Woordenlijst. Lalu ada tesis Ph.D. dari Dale Franklin Walker pada Universitas Cornell, Amerika Serikat, yang berjudul A Grammar of the Lampung Language (1973).

Menurut Prof. C.A. van Ophuijsen, bahasa Lampung tergolong bahasa tua dalam rumpun Melayu-Austronesia, sebab masih banyak melestarikan kosakata Austronesia purba, seperti: apui, bah, balak, bingi, buok, heni, hirung, hulu, ina, ipon, iwa, luh, pedom, pira, pitu, telu, tuha, tutung, siwa, walu, dsb. Prof. H.N. van der Tuuk meneliti kekerabatan bahasa Lampung dengan bahasa-bahasa Nusantara lainnya. Bahasa Lampung dan bahasa Sunda memiliki kata awi (bambu), bahasa Lampung dan bahasa Sumbawa memiliki kata punti (pisang), bahasa Lampung dan bahasa Batak memiliki kata bulung (daun). Hal ini membuktikan bahwa bahasa-bahasa Nusantara memang satu rumpun, yaitu rumpun Austronesia yang meliputi kawasan dari Madagaskar sampai pulau-pulau di Pasifik.

Kepustakaan.
Anshory, Irfan. 2009. “Bahasa dan Aksara Lampung” dalamhttp://irfananshory.blogspot.com/2009/12/bahasa-dan-aksara-lampung.html
http://rejang-lebong.blogspot.com/2009/04/history-of-rencong-script.html
http://edukasi.kompasiana.com/2009/12/30/mengenal-tulisan-kagana/

TEORI MASUKNYA ISLAM DI NUSANTARA

Posted by e-putra Selasa, 14 Juni 2011 20.42 0 komentar
Mengenai tempat asal dan kapan datangnya Islam ke Nusantara, sedikitnya ada lima teori besar. Di bawah ini dijelaskan secara singkat seputar teori-teori yang berkaitan dengan masuknya Islam di Nusantara :

Teori Arab
Pertama, teori yang menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, atau tepatnya Hadramaut. Teori ini dikemukakan Crawfurd (1820), Keyzer (1859), Niemann (1861), De Hollander (1861), dan Veth (1878). Crawfurd menyatakan bahwa Islam datang langsung dari Arab, meskipun ia menyebut adanya hubungan dengan orang-orang Mohameddan di India Timur. Keyzer beranggapan bahwa Islam datang dari Mesir yang bermadzhab Syafii, sama seperti yang dianut kaum muslimin nusantara umumnya. Teori ini juga dipegang oleh Niemann dan de Hollander, tetapi dengan menyebut Hadramaut, bukan Mesir, sebagai sumber datangnya Islam, sebab muslim Hadaramaut adalah pengikut madzhab Syafii seperti juga kaum muslimin nusantara. Sedangkan Veth hanya menyebut orang-orang Arab, tanpa menunjuk asal mereka di Timur Tengah maupun kaitannya dengan Hadramaut, Mesir atau India. Teori yang sama juga diajukan oleh Hamka dalam seminar ‘Sejarah Masuknya Islam ke Indonesia’ pada tahun 1962. Menurutnya, Islam masuk ke Indonesia langsung dari Arab (Makkah), bukan dari India.
Menurut Arnold, bahwa untuk menetapkan masuknya agama Islam ke Indonesia dengan tepat tidaklah mungkin. Ada kemungkinan dibawa ke Indonesia oleh pedagang-pedagang Arab pada permulaan abad tahun hijriah, lama sebelum ada tulisan-tulisan sejarah tentang perkembangan Islam itu.Pendapat yang demikian itu berdasarkan pengertian kita tentang ramainya perdagangan dengan dunia Timur yang sejak dahulu dilakukan oleh orang Arab. Pada abad ke 2 sebelum masehi perdagangan dengan Ceylon seluruhnya ada di tangan mereka. Pada permulaan abad ke 7, perdagangan dengan Tiongkok melalui Ceylon sangat ramai sehingga pada pertengahan abad ke 8 banyak kita jumpai pedagang Arab di Canton, sedang antara abad 10 dan 15 sampai datangnya orang Portugis, mereka telah menguasai perdagangan di Timur. Diperkirakan bahwa mereka sejak lama telah mendirikan tempat-tempat perdagangan pada beberapa kepulauan di Indonesia, sebagaimana halnya pada tempat-tempat lainnya, meskipun tentang kepulauan itu tidak disebut-sebut oleh ahli ilmu bumi Arab sebelum abad ke 9, menurut berita Tiongkok tahun 674 masehi ada kabar tentang seorang pembesar Arab yang menjadi kepala daerah pendudukan bangsa Arab di pantai Barat Sumatera.
Sebagian besar dari pedagang Arab yang berlayar ke kawasan Indonesia datang dari Yaman, Hadramaut dan Oman di bagian Selatan dan Tenggara semenanjung tanah Arab. Kawasan Yaman telah memeluk Islam semenjak tahun 630-631 hijriyah tepatnya pada zaman Ali bin Abi Thalib. Pengislaman Yaman ini mempunyai implikasi yang besar terhadap proses Islamisasi Asia Tenggara karena pelaut dan pedagang Yaman menyebarkan agama Islam di sekitar pelabuhan tempat mereka singgah di Asia Tenggara.
Sedangkan Sayed Alwi bin Tahir al-Haddad, mufti kerajaan Johor Malaysia berpendapat bahwa agama Islam masuk ke Indonesia dalam abad ke 7 masehi atau dengan kata lain agama Islam masuk ke pulau Sumatera pada tahun 650 masehi. Alasannya adalah karena Sulaiman as-Sirafi, pedagang dari pelabuhan Siraf di teluk Persia yang pernah mengunjungi Timur jauh berkata bahwa di Sala (Sulawesi) terdapat orang-orang Islam pada waktu itu yaitu kira-kira pada akhir abad ke 2 hijriyah. Hal ini dapat dipastikan dan tidak perlu dijelaskan lagi karena pedagang rempah dan wangi-wangian yang terdapat di Maluku sangat menarik pedagang-pedagang muslimin untuk berkunjung ke Maluku dan tempat-tempat yang berdekatan dengan kepulauan itu.


Teori Gujarat.
Teori yang mengatakan bahwa Islam di nusantara datang dari India pertama kali dikemukakan oleh Pijnapel tahun 1872. Berdasarkan terjemahan Prancis tentang catatan perjalanan Sulaiman, Marcopolo, dan Ibnu Batutah, ia menyimpulkan bahwa orang-orang Arab yang bermadzhab Syafii dari Gujarat dan Malabar di India yang membawa Islam ke Asia Tenggara. Dia mendukung teorinya ini dengan menyatakan bahwa, melalui perdagangan, amat memungkinkan terselenggaranya hubungan antara kedua wilayah ini, ditambah lagi dengan umumnya istilah-istilah Persia yang dibawa dari India, digunakan oleh masyarakat kota-kota pelabuhan Nusantara. Teori ini lebih lanjut dikembangkan oleh Snouk Hurgronye yang melihat para pedagang kota pelabuhan Dakka di India Selatan sebagai pembawa Islam ke wilayah nusantara. Teori Snock Hurgronye ini lebih lanjut dikembangkan oleh Morrison pada 1951. Dengan menunjuk tempat yang pasti di India, ia menyatakan dari sanalah Islam dating ke nusantara. Ia menunjuk pantai Koromandel sebagai pelabuhan tempat bertolaknya para pedagang muslim dalam pelayaran mereka menuju nusantara.


Teori Benggali.
Teori ketiga yang dikembangkan Fatimi menyatakan bahwa Islam datang dari Benggali (Bangladesh). Dia mengutip keterangan Tome Pures yang mengungkapkan bahwa kebanyakan orang terkemuka di Pasai adalah orang Benggali atau keturunan mereka. Dan, Islam muncul pertama kali di semenanjung Malaya dari arah pantai Timur, bukan dari Barat (Malaka), pada abad ke-11, melalui Kanton, Phanrang (Vietnam), Leran, dan Trengganu. Ia beralasan bahwa doktrin Islam di semenanjung lebih sama dengan Islam di Phanrang, elemen-elemen prasasti di Trengganu juga lebih mirip dengan prasasti yang ditemukan di Leran. Drewes, yang mempertahankan teori Snouck, menyatakan bahwa teori Fatimi ini tidak bisa diterima, terutama karena penafsirannya atas prasasti yang ada dinilai merupakan perkiraan liar belaka. Lagi pula madzhab yang dominan di Benggali adalah madzhab Hanafi, bukan madzhab Syafii seperti di semenanjung dan nusantara secara keseluruhan.


Teori Persia.
Teori keempat tentang kedatangan Islam di nusantara adalah teori Persia. Pembangun teori ini di Indonesia adalah Hoesein Djayadiningrat. Fokus pandangan teori ini tentang masukkanya agama Islam ke nusantara berbeda dengan teori India dan Arab, sekalipun mempunyai kesamaan masalah Gujaratnya, serta Madzhab Syafii-nya. Teori Persia lebih menitikberatkan tinjauannya kepada kebudayaan yang hidup di kalangan masyarakat Islam Indonesia yang dirasakan mempunyai persamaan dengan Persia.
Kesamaan kebudayaan ini dapat dilihat pada masyarakat Islam Indonesia antara lain : Pertama, peringatan 10 Muharram atau Asyura sebagai hari peringatan Syiah atas kematian syahidnya Husain. Peringatan ini berbentuk pembuatan bubur Syura. Di Minangkabau bulan Muharram disebut bulan Hasan-Husain. Di Sumatera Tengah sebelah Barat, disebut bulat Tabut, dan diperingati dengan mengarak keranda Husain untuk dilemparkan ke sungai atau ke dalam perariran lainnya. Keranda tersebut disebut tabut diambil dari bahasa Arab.
Kedua, adanya kesamaan ajaran antara ajaran syaikh Siti Jenar dengan ajaran sufi al-Hallaj, sekalipun al-Hallaj telah meninggal pada 310 H/922 M, tetapi ajarannya berkembang terus dalam bentuk puisi, sehingga memungkinkan syaikh Siti Jenar yang hidup pada abad ke-16 dapat mempelajarinya.
Ketiga, penggunaan istilah bahasa Iran dalam mengeja huruf Arab, untuk tanda-tanda bunyi harakat dalam pengajian al-quran tingkat awal. Dalam bahasa Persi Fathah ditulis jabar-zabar, kasrah ditulis jer-zeer, dhammah ditulis p’es-py’es. Huruf sin yang tidak bergigi berasal dari Persia, sedangkan sin bergigi berasal dari Arab.
Keempat, nisan pada makam  Malikus Saleh (1297) dan makam Malik Ibrahim (1419) di Gresik dipesan dari Gujarat. Dalam hal ini teori Persia mempunyai kesamaan mutlak dengan teori Gujarat. Tetapi sangat berbeda jauh dengan pandangan CE Morisson.
Kelima, pengakuan umat Islam Indonesia terhadap madzhab Syafii sebagai madzhab yang paling utama di daerah Malabar. Dalam masalah madzhab Syafii, Hoesein Djayadiningrat mempunyai kesamaan dengan GE Morrison, tetapi berbeda dengan teori Makkah yang dikemukakan oleh Hamka. Hoesein Djayadiningrat di satu pihak melihat salah satu budaya Islam Indonesia kemudian dikaitkan dengan kebudayaan Persia, tetapi dalam memandang madzhab Syafii terhenti ke Malabar, tidak berlanjut dihubungkan dengan pusat madzhab Syafii di Makkah.


Teori Cina.
Islam disebarkan dari Cina telah dibahas oleh SQ Fatimi. Beliau mendasarkan torinya ini kepada perpindahan  orang-orang Islam dari Canton ke Asia tenggara sekitar tahun 876 . Perpindahan ini dikarenakan adanya pemberontakan yang mengorbankan hingga 150.000 muslim. Menurut Syed Naguib Alatas, tumpuan mereka adalah ke Kedah dan Palembang.
Hijrahnya mereka ke Asia Tenggaran telah membantu perkembangan Islam di kawasan ini. Selain Palembang dan Kedah, sebagian mereka juga menetap di Campa, Brunei, pesisir timir tanah melayu (Patani, Kelantan, Terengganu dan Pahang) serta Jawa Timur.
Bukti-bukti yang menunjukan bahwa penyebaran Islam dimulai dari Cina adalah ditemukannya : batu nisan syekh Abdul Kadir bin Husin syah Alam di Langgar, Kedah bertarikh 903 M, batu bertulis Phan-rang di Kamboja bertahun 1025 M, batu isan di pecan Pahang bertahun 1028 M, batu nisan puteri Islam Brunei bertahun 1048 M, batu bersurat Trengganu bertahun 1303 M dan batu nisan Fathimah binti Maimun di Jawa Timur bertarik 1082 M.
Walaupun dari kelima teori ini tidak terdapat titik temu, namun mempunyai persamaan pandangan yakni Islam sebagai agama yang dikembangkan di Nusantara melalui jalan damai. Dan Islam tidak mengenal adanya missi sebagaimana yang dijalankan oleh kalangan Kristen atau Katolik.

DAFTAR NAMA PAHLAWAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

Posted by e-putra Senin, 13 Juni 2011 09.55 0 komentar

Beberapa nama pahlawan yang telah menumpahkan darahnya untuk negri ini, berkorban dengan segenap jiwa dan raganya, disini beberapa pahlawan tersebut saya tulis  disebuah media agar kita semua mengetahui dan mengenang jasa-jasanya!
NO
Nama
SK Presiden
Asal Daerah / Daerah Pengusul
Ket
1.
Abdul  Muis
1883 – 1959
218 Tahun 1959
30 – 8 – 1959
Sumatera Barat
2.
Ki Hadjar Dewantoro
1889 – 1959
305 Tahun 1959
28 – 11 – 1959
D.I. Yogyakarta
3.
Surjopranoto
1871 – 1959
310 Tahun 1959
30 – 11 – 1959
D.I. Yogyakarta
4.
Mohammad Hoesni Thamrin
1894 – 1941
175 Tahun 1960
28 – 7 – 1960
DKI Jakarta
5.
K.H. Samanhudi
1878 – 1956
590 Tahun 1961
9 – 11 – 1961
Jawa Tengah
6.
H.O.S. Tjokroaminoto
1883 – 1934
590 Tahun 1961
9 – 11 – 1961
Jawa Timur
7.
Setyabudi
1897 – 1950
590 Tahun 1961
9 – 11 – 1961
Jawa Timur
8.
Si Singamangaradja XII
1849 – 1907
590 Tahun 1961
9 – 11 – 1961
Sumatera Utara
9.
Dr.G.S.S.J.Ratulangi
1890 – 1949
590 Tahun 1961
9 – 11 – 1961
Sulawesi Utara
10.
Dr. Sutomo
1888 – 1938
657 Tahun 1961
27 – 12 – 1961
Jawa Timur
11.
K.H. Ahmad Dahlan
1868 – 1934
657 Tahun 1961
27 – 12 – 1961
D.I. Yogyakarta
12.
K.H. Agus Salim
1884 – 1954
657 Tahun 1961
27 – 12 – 1961
Sumatera Barat
13.
Jenderal Gatot Subroto
1907 – 1962
222 Tahun 1962
18 – 6 1962
Jawa Tengah
14.
Sukardjo Wirjopranoto
11903 – 1962
342 Tahun 1962
29 – 10 – 1962
Jawa Tengah
15.
Dr. Ferdinand Lumban Tobing
1899 – 1962
361 Tahun 1962
17 – 11 – 1962
Sumatera Utara
16.
K.H. Zainul Arifin
1909 – 1963
35 Tahun 1963
4 – 3 – 1963
Sumatera Utara
17.
Tan Malaka
1884-1949
53 Tahun 1963
28 – 3 – 1963
Sumatera Utara
18.
MGR A.Sugiopranoto, S.J.
1896 – 1963
152 Tahun 1963
26 – 7 – 1963
Jawa Tengah
19.
Ir. H. Djuanda Kartawidjaja
1911 – 1963
244 Tahun 1963
29 – 11 – 1963
Jawa Tengah
20.
Dr. Sahardjo, SH
1909 – 1963
245 Tahun 1963
29 – 11 – 1963
Jawa Tengah
21.
Tjuk Njak Dhien
1850 – 1908
106 Tahun 1964
2 – 5 – 1964
D. I. Aceh
22.
Tjut Meutia
1870
107 Tahun 1964
2 – 5 – 1964
D. I. Aceh
23.
Raden Adjeng Kartini
1879 – 1904
108 Tahun 1964
2 – 5 – 1964
Jawa Tengah
24.
Dr. Tjiptomangunkusumo
1886 – 1943
109 Tahun 1964
2 – 5 – 1964
Jawa Tengah
25.
H. Fachruddin
1890 – 1929
162 Tahun 1964
26 – 6 – 1964
D.I. Yogyakarta
26.
K.H. Mas Mansur
1896 – 1946
162 Tahun 1964
26 – 6 – 1964
Jawa Timur
27.
Alimin
1889 – 1964
163 Tahun 1964
26 – 6 – 1964
Jawa Tengah
28.
Dr. Muwardi
1907 – 1948
190 Tahun 1964
4  – 8 – 1964
Jawa Tengah
29.
K.H. Abdul Wahid Hasjim
1914 – 1953
206 Tahun 1964
24 – 8 – 1964
Jawa Timur
30.
Sri Susuhunan Pakubuwono VI
1807 – 1849
294 Tahun 1964
17 –11 – 1964
Jawa Tengah
31.
K.H. Hasjim Asjarie
1875 – 1947
294 Tahun 1964
17 –11 – 1964
Jawa Timur
32.
Gubernur Surjo
1896 – 1948
294 Tahun 1964
17 –11 – 1964
Jawa Timur
33.
Jenderal Soedirman
1916 – 1950
314 Tahun 1964
10 – 12 – 1964
Jawa Tengah
34.
Jenderal Oerip Soemohardjo
1893 – 1948
314 Tahun 1964
10 – 12 – 1964
Jawa Tengah
35.
Prof. Dr. Soepomo, SH.
1903 – 1958
123 Tahun 1965
14 – 5 – 1965
Jawa Tengah
36.
Dr. Koesoemah Atmadja, SH.
1898 – 1952
124 Tahun 1965
14 – 5 – 1965
37.
Jend. TNI. Anm. Achmad Yani
1922 – 1965
111 /KOTI/1965
5 – 10 – 1965
Jawa Tengah
38.
Let. Jen. TNI. Anm. Soeprapto
1920 – 1965
111 /KOTI/1965
5 – 10 – 1965
Jawa Tengah
39.
Let.Jen.TNI.Anm.M.T. Harjono
1924 – 1965
111 / KOTI/1965
5 – 10 – 1965
Jawa Timur
40.
Let.Jen.TNI.Anm. S. Parman
1918 – 1965
111/ KOTI/ 1965
5 – 10 – 1965
Jawa Tengah
41
Mayjen. TNI. Anm.D.I. Pandjaitan.
1925-1965
111/Koti/1965  5-10-1965
Sumatra Utara
42.
Mayjen.TNI.Anm.Soetojo Siswomihardjo.
1922-1965
111/Koti/1965
5-10-1965
Jawa Tengah
43.
Kapten.CZI. Anm.Pierre Tendean 1939-1965
111/Koti/1965
5-10-1965
D.K.I. Jakarta
44.
Brigadir Polisi Anm. Karel Sasuit Tubun
1928-1965
114/Koti/1965
5-10-1965
M a l u k u
45.
Brigjen. TNI. Anm. Katamso 1923-1965
118/Koti/1965 19-10-1965
D.I. Yogyakarta
46.
Kol.Inf.Anm.Sugiono
1926-1965
118/Koti/1965 19-10-1965
D.I. Yogyakarta
47.
Sutan Sjahrir
1909-1966
76 Tahun 1966 9-4-1966
Sumatra Barat
48.
Laksamana Laut R.E.Martadinata 1921-1966
220 Tahun 1966 7-10-1966
Jawa Barat
49.
Raden Dewi Sartika
1884-1947
252Tahun 1966 1-2-1966
Jawa Barat
50.
Prof.Dr.W.Z.Johannes
1895-1952
06/TK/1968
27-3-1968
Nusa Tenggara Timur
51.
Pangeran Antasari
1809-1892
06/TK/1968
27-3-1968
Kalimantan
Selatan
52.
Serda.KKO. Anm.Djanatin Alias
Osman Bin Haji Mohammad Ali 1943-1968
050/TK/1968
17-10-1968
Jawa Timur
53.
Kopral.KKO.Anm.Harun Bin Said
Alias Tahir 1947-1968
050/TK/1968
17-10-1968
Jawa Timur
54.
Jend.TNI.Anm. Basuki Rachmat
1921-1968
01/TK/1969
9-1-1969
Jawa Timur
55.
A.F. Lasut
1918-1949
012/TK/1969
20-5-1969
Sulawesi Utara
56.
Martha Christina Tijahahu
1800-1818
012/TK/1969
20-5-1969
M a l u k u
57.
Maria Walanda Maramis
1872-1924
012/TK/1969
20-5-1969
Sulawesi Utara
58.
S u p e n o
1916-1949
39/TK/1970
13-7-1970
Jawa Tengah
59.
Sultan Ageng Titajasa
1631-1683
45/TK/1970
1-8-1970
Jawa Barat
60.
W.R. Soepratman
1903-1938
016/TK/1971
20-5-1971
Jawa Timur
61.
Nyai Achmad Dachlan
1872-1946
042/TK/1971
22-9-1971
D.I. Yogyakarta
62.
K.H. Zainal Moestafa
1907-1944
064/TK/1972
6-11-1972
Jawa Barat
63.
Sultan Hasanuddin
1631-1670
087/TK/1973
6-11-1973
Sulawesi Selatan
64.
Kapitan Pattimura
1783-1817
087/TK/1973
6-11-1973
M a l u k u
65.
Pangeran Diponegoro
1785-1855
087/TK/1973
6-11-1973
D.I. Yogyakarta
66.
Tuanku Imam Bondjol
1772-1864
087/TK/1973
6-11-1973
Sumatra Barat
67.
Teuku Tjik Ditiro
1836-1891
087/TK/1973
6-11-1973
D.I.Aceh
68.
Teuku Umar
1854-1899
087/TK/1973
6-11-1973
D.I. Aceh
69.
DR. Wahidin Soedirohoesodo
1852-1917
088/TK/1973
6-11-1973
D.I. Yogyakarta
70.
R. Otto Iskandardinata
1897-1945
088/TK/1973
6-11-1973
Jawa Barat
71.
Robert Wolter Monginsidi
1925-1949
088/TK/1973
6-11-1973
Sulawesi Utara
72.
Prof. Mohammad Yamin, SH
1903-1962
088/TK/1973
6-11-1973
Sumatra Barat
73.
Laksda.TNI.Anm. Josaphat Soedarso
1925-1962
088/TK/1973
6-11-1973
Jawa Tengah
74.
Prof.DR.R. Soeharso
1912-1971
088/TK/1973
6-11-1973
Jawa Tengah
75.
Marsda. TNI.Anm.Prof. DR.
Abdulrachman Saleh
1909-1947
071/TK/1974
9-11-1974
D.I.Yogyakarta
76..
Marsda, TNI Anm. Mas Agustinus Adisutjipto 1916-1947
071/TK/1974
9-11-1974
D.I.Yogyakarta

78.
Nji Ageng Serang
1752-1828
084/TK/1974
13-12-1974
Jawa Tengah
79.
H.Rasuna Said
1910-1965
084/TK/1974
13-12-1974
Sumatra Barat
80.
Marsda.TNI.Anm.Abdul Halim Perdana Kusuma.
1922-1947
063/TK/1975
9-8-1975
Jawa Timur
81.
Marsma. TNI. Anm.R.Iswahjudi
1918-1949
063/TK/1975
9-8-1975
Jawa Timur
82.
Kol.TNI.Anm.I.Gusti Ngurah Rai
1917-1946
063/TK/1975
9-8-1975
B a l i
83.
Soeprijadi
1925-1945
063/TK/1975
9-8-1975
Jawa Timur
84.
Sultan Agung Anyokrokusumo
1591-1645
106/TK/1975
3-11-1975
D.I. Yogyakarta
85.
Untung Surapati
1660-1706
106/TK/1975
3-11-1975
Jawa Timur
86.
Tengku Amir Hamzah
1911-1946
106/TK/1975
3-11-1975
Sumatra Utara
87.
Sultan Thaha Sjaifuddin
1816-1904
079/TK/1977
24-10-1977
Jambi
88.
Sultan Mahmud Badaruddin II
1767-1852
063/TK/1984
29-10-1984
Sumatra Selatan
89.
Dr.Ir.Soekarno
1901-1970
081/TK/1986
23-10-1986
Jawa Timur
90.
DR. H. Moh. Hatta
1902-1980
081/TK/1986
23-10-1986
Sumatra Barat
91.
R.P. Soeroso
1893-1981
082/TK/1986
23-10-1986
Jawa Timur
92.
Radin Inten II
1834-1856
082/TK/1986
23-10-1986
Lampung
93.
Pangeran Sambernyowo (KGPAA
Mangkunegoro I ) 1725-1795
048/TK/1988
17-8-1988
Jawa Tengah
94.
Sri Sultan Hamengkubuwono IX
1912-1988
053/TK/1990
30-7-1990
D.I. Yogyakarta
95.
Sultan Iskandar Muda
1593 – 1636
077 /TK/ 1993
14- 9-1993
D.I. Aceh
96.
I Gusti Ketut Jelantik
- 1849
077 /TK/ 1993
14- 9-1993
B a l i
97.
Frans Kaisiepo
1921 – 1979
077 /TK/ 1993
14- 9-1993
Irian Jaya
98.
Silas Papare
1918 – 1978
077 /TK/ 1993
14- 9-1993
Irian Jaya
99.
Marthen Indey
1912 – 1986
077 /TK/ 1993
14- 9-1993
Irian Jaya
100.
Nuku Muhammad Amiruddin Kaicil Paparangan 1738 – 1805
071 /TK/ 1995
7 – 8 – 1995
M a l u k u
101.
Tuanku Tambusai
1784 – 1882
071 /TK/ 1995
7 – 8 – 1995
R I a u
102.
Syekh Yusuf Tajul Khalwati
1626 – 1699
071 /TK/ 1995
7 – 8 – 1995
Sulawesi Selatan
103.
Ny. Hj. Fatimah Siti Hartinah Soeharto
1923 – 1996
060 / TK/ 1996
30 – 7 – 1996
Surakarta
104.
Raja Haji Fisabilillah
1727 – 1784
072 / TK / 1997
11 – 8 – 1997
R I a u
105.
H. Adam Malik
1917 – 1984
107 / TK / 1998
6 – 11 – 1998
Jakarta
106.
Tjilik Riwut
1918 – 1987
108 / TK / 1998
6 – 11 – 1998
Kalimantan Tengah
107.
La Maddukelleng
1700 – 1765
109 / TK / 1998
6 – 11 – 1998
Sulawesi Selatan
108.
Sultan Asyaidis Syarif Kasim Sani Abdul Jalil Syarifuddin ( Syarif Kasim II ) 1893 -
109/ TK / 1998
6 – 11 – 1998
Riau
109.
H. Ilyas Yacoub
1903 – 1958
074 / TK / 1999
13 – 8 – 1999
Sumatera Barat
110.
Prof. DR. Hazairin, SH
1906 – 1975
074 / TK / 1999
13 – 8 – 1999
Bengkulu
111.
Abdul Kadir Gelar Raden
Tumenggung Setia Pahlawan
114 / TK / 1999
13 – 10 – 1999
Kalimantan Barat
112.
Hj. Fatmawati Soekarno
1923 – 1980
118 / TK / 2000
4 – 11 – 2000
Bengkulu
113.
Ranggong Daeng Romo
1915 – 1947
109 / TK / 2001
3 – 11 -  2001
Sulawesi Selatan
114.
Brigjen TNI ( Purn ) H. Hasan Basry , 1923 – 1984
110 / TK / 2001
3 – 11 -  2001
Kalimantan Selatan
115.
Jenderal Besar TNI A.H. Nasution
(1918 – 2000 )
073/TK/2002
6 – 11 – 2002
DKI Jakarta
116.
Jenderal TNI GPH Djatikusumo
( 1917  – 1992 )
073/TK/2002
6 – 11 – 2002
DKI Jakarta
117.
Andi Djemma
( 1935 – 1965 )
073/TK/2002
6 – 11 – 2002
Sulawesi Selatan
118.
Pong Tiku
( 1846 – 1907 )
073/TK/2002
6 – 11 – 2002
Sulawesi Selatan
119.
Prof. Mr. Iwa Kusuma Sumantri
( 1899 – 1971 )
073/TK/2002
6 – 11 – 2002
Jawa Barat
120.
H. Nani Wartabone
( 1907 – 1986 )
085/TK/TH 2003
6 –11-2003
Gorontalo
121.
Maskoen Soemadiredja
( 1907 – 1986 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
Jawa Barat
122.
Andi Mappanyukki
( 1885 – 1967 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
Sulawesi Selatan
123.
Raja Ali Haji
( 1809 – 1870 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
Kepulauan Riau
124.
K.H. Ahmad Rifa’I
( 1786  -  1870 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
Jawa Tengah
125.
Gatot Mangkoepradja
( 1896 – 1968 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
Jawa Barat
126.
Ismail Marzuki
( 1914 – 1958 )
089/TK/TH 2004
5-11-2004
DKI Jakarta
127.
Kiras Bangun (Garamata)
(1852-1942)
082/TK/TH 2005
7-11-2005
Sumatera Utara
128.
Bagindo Azizchan
(1910-1947)
082/TK/TH 2005
7-11-2005
Sumatera Barat
129.
Andi Abdullah Bau Massepe
1918-1947
082/TK/TH 2005
7-11-2005
Sulawesi Selatan
130.
Teuku H. Muhammad Hasan
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Aceh
131.
Tirto Adhi Soeryo
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Jawa Barat
132.
KH. Noer Ali
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Jawa Barat
133.
Pajongga Daeng Ngalle
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Sulawesi Selatan
134.
Opu Daeng Risadju
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Sulawesi Selatan
135.
Izaak Huru Doko
085/TK/TH 2006
3-11-2006
NTT
136.
Hamengkubuwono I
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Yogyakarta
137.
Sultan Daeng Radja
085/TK/TH 2006
3-11-2006
Sulawesi Selatan
138.
Mayjen TNI (Purn) dr. Adnan Kapau Gani
066/TK/TH 2007
6-11-2007
Sumatera Selatan
139.
Mr. Dr. Ide Anak Agung Gde Agung
066/TK/TH 2007
6-11-2007
D.I. Yogyakarta
140.
Mayjen TNI (Purn) Prof Dr. Moestopo
066/TK/TH 2007
6-11-2007
Jawa Timur
141.
Brigjen TNI (Anm) Ignatius Slamet Rijadi
066/TK/TH 2007
6-11-2007
Jawa Tengah
142.
DR. Mohammad Natsir
041/TK/TH 2008
6-11-2008
Sumatera Barat
143.
KH. Abdul Halim
041/TK/TH 2008
6-11-2008
Jawa Barat
144.
Sutomo (Bung Tomo)
041/TK/TH 2008
6-11-2008
Jawa Timur
145.
Laksamana Muda TNI
Jahja Daniel Dharma (John Lie)
058/TK/TH 2009
6-11-2009
Sulawesi Utara
146.
Prof. DR. Ir. Herman Johannes
058/TK/TH 2009
6-11-2009
NTT
147.
Prof.MR. Achmad Subardjo

058/TK/TH 2009
6-11-2009
DKI Jakarta